Minggu, 21 Oktober 2012

MAKALAH PERKIRAAN DAN ANTISIPASI MASYARAKAT MASA DEPAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Pedidikan selalu bertumpu pada kesejahteraan, yakni pengalaman-pengalaman masa lampau, kenyataan dan kebutuhan mendesak masa kini, dan aspirasi serta harapan masa depan melalui pendidikan setiap masyarakat akan melestariakn nilai-nilai luhur sosial kebudayaan. Melalui pendidikan juga diharapkan dapat mengembangkan kemampuan untuk menghadapi tuntutan objektif masa kini, baik tuntutan dari dalam maupun tuntutan karena pengaruh dari luar masyarakat yang bersangkutan. Dan akhirnya, melalui pendidikan akan ditetapkan langkah-langkah yang akan dipilih masa kini sebagai upaya mewujukan aspirasi dan harapan di masa depan. Dalam UU-RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 telah ditetapkan antara lain bahwa “pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
B.     Masalah
“Perkiraakan dan antisipasi terhadap masyarakat masa depan”
C.     Tujuan.
1.       Memahami beberapa kemungkinan keadaan masyarakat di masa depan, serta peranan faktor-faktor globalisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), arus komunikasi yang semakin padat dan cepat, serta kebutuhan yang meningkat dalam layanan profesional terhadap masyarakat di masa depan tersebut.
2.       Memahami berbagai upaya pendidikan untuk mengantisipasi masa depan, baik yang berkenaan dengan penyiapan manusia maupun yang berkenaan dengan perubahan sosio-kultural, serta pengembangan sarana pendidikan untuk mendukung upaya-upaya yang sedang atau akan dilaksanakan.
D.    Manfaat.
Bagi mahasiswa calon tenaga kependidikan, utamanya guru, kajian tentang masyarakat masa depan tersebut berdampak ganda, yakni untuk dirinya sendiri serta pada gilirannya kelak untuk siswa-siswanya.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Perkiraan Masyarakat Masa Depan.
Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu latar kemasyarakatan dan kebudayaan tertentu. Demikian pula di Indonesia pendidikan nasional dilaksanakan berdasarkan latar kemasyarakatan dan kebudayaan Indonesia. Landasan sosio-kultural merupakan salah satu dasar utama dalam menentukan arah kepada program-program pendidikan baik program pendidikan sekolah maupun program pendidikan luar sekolah. Dari sisi lain pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam pelestarian dan pengembangan kebudayaan setiap masyarakat. Di dalam UU no 2 Tahun 1989 tentang sistim pendidikan nasional dinyatakan bahwa “dalam kehidupan suatu bangsa pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa yang bersangkutan.” Melalui upaya pendidikan kebudayaan di wariskan dan di pelihara oleh setiap generasi bangsa. Serentak dengan itu upaya pendidikan di arahkan pula untuk mengembangkan kebudayaan tersebut. Kebudayaan yang dimaksudkan dalam arti luas yaitu “ keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu (koentjaraninggrat, 1974: 19). Kebudayaan itu dapat berwujud:
1.      Ideal yakni ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan  sebagainya
2.      kelakuan yakni kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3.      Berwujud fisik yakni benda-benda hasil karya manusia.(Koentjaraningrat 1974: 15-22).
Kajian masyarakat masa depan itu semakin penting jika diingat bahwa pendidikan selalu merupakan penyiapan peserta didik bagi peranan di masa yang akan datang. Dengan demikian, pendidikan seharusnya selalu mengantisipasi keadaan masyarakat masa depan. Perubahan keadaan masyarakat masa depan yang berlangsung dengan cepat mempunyai beberapa karateristik umum yang dapat dijadikan petunjuk sebagai ciri masyarakat di masa depan yaitu:
1.      Kecenderungan Globalisasi yang Makin Kuat.
Istilah globalisasi (asal kata: global yang berararti secara umumnya, utuhnya, kebulatannya) bermakna bumi sebagai satu keutuhan seakan akan tanpa tapal batas administrasi negara, dunia menjadi amat tarnsparan, serta saling ketergantungan antar bangsa didunia semakin besar; dengan kata lain: “menjadikan dunia sebagai satu keutuhan, satu kesatuan.” Menurut Emil salim (1990; 8-9)
Terdapat empat bidang kekuatan gelombang globalisasi yang paling kuat dan menonjol daya dobraknya,yakni:
a)      Bidang iptek yang mengalami perkembangan yang semakin dipercepat utamanya dengan penggunaan berbagai teknologi canggih seperti komputer dan satelit. Kekuatan pertama gelombang globalisasi ini membuat bumi seakan-akan menjadi sempit dan transparan. Globalisasi iptek tersebut memeberi orientasi baru dalam bersikap dan berpikir serta berbicara tanpa batas negara.
b)      Bidang ekonomi yang mengarah ke ekonomi regional dan atau ekonomi global tanpa mengenal batas-batas negara. Di berbagai bagian dunia telah berkembang kelompok-kelompok ekonomi regional. Gejala lainnya adalah makin meluasnya perusahaan multi nasional sebagai perusahaan raksasa yang kakinya tertanam kuat di berbagai negara. Globalisai ekonomi telah menyebabkan negara hanya bertapal batas politik saja, sedangkan dari segi ekonomi semakin kabur.
c)      Bidang lingkungan hidup telah menjadi bahan pembicaraan dalam berbagai pertemuan internasional, yang mencapai puncaknya pada konferensi tingkat tinggi (KTT) bumi , atau nama resminya: konferensi PBB mengenai lingkungan hidup dan pembangunan (UNCED), pada awal juni 1992 di Rio De Jeneiro,Brasil. Kerusakan ke berbagai negara di sekitarnya, bahkan mengancam keselamatan planet ini. Oleh karena itu, diperlukan wawasan dan kebijakan yang tepat dalam bidang pembangunan yang menjamin kelestarian dan keselamatan lingkungan hidup, atau pembangunan yang berwawasan lingkungan.
d)     Bidang pendidikan dalam kaitannya dengan identitas bangsa, termasuk budaya nasional dan budaya-budaya nusantara. Disamping terpaan tentang gagasan-gagasan dalam pendidikan globalisasi terjadi pula secara langsung menerpa setiap indiidu manusia melalui buku, radio, televisi, dan media lainnya.
            Di samping keempat bidang tersebut, kecenderungan globalisai juga tampak dalam bidang politik, hukum dan HAM, paham demokrasi dan sebagainya. Kecenderungan globalisasi tersebut merupakan suatu gejala yang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, banyak gagasan dalam menghadapi globalisasi yang menekankan perlunya berpikir dan berwawasan global namun harus tetap menyesuaikan keputusan dan tindakan dengan keadaan nyata disekitarnya.
2.      Perkembangan llmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Perkembangan iptek yang makin cepat dalam era globalisasi merupakan salah satu ciri utama dari masyarakat masa depan. globalisasi perkembangan IPTEK tersbut dapat berdampak positif ataupun negativ, tergantung pada kesiapan bangsa beserta kondisi sosial- budayanya untuk menerima limpahan informasi atau teknologi tersebut. Segi positifnya antara lain memudahkan untuk mengikuti perkembangan iptek yang terjadi di dunia. Sedangkan segi negatifnya akan timbul apabila kondisi sosial- budayanya belum siap menerima limpahan itu ( Pratiwi Sudarsono, 1990:    14-15).
Percepatan perkembangan IPTEK tersebut terkait dengan landasan ontologisme, epistemologis, dan aksiologisnya (Filsafat Ilmu, 1981: 9-15). Iptek membantu mengembangkan peranti yang dapat mengatasi berbagai kekurangan atau keterbatasan alat indera, dan pada gilirannya, peranti itu sangat membantu mengebangkan IPTEK itu sendiri. Globalisasi perkembangan iptek yang cepat tersebut adalah peluang dan tantangan. Terbuka peluang bagi kita untuk mengikuti perkembangan iptek tersbut secara dini sebaliknya apabila masyarakat belum siap menerimanya, maka akan berubah menjadi tantangan.
3.      Perkembangan Arus Komunikasi Yang Semakin Padat Dan Cepat.
Pada umumnya bentuk komunikai langsung (verbal atau non verbal) dikenal sebagai komunikasi antar pribadi (interpersonal communication), baik komunikasi antar orang (Dyadic communication), maupun komunikasi dalam kelompok kecil (small group communication) dengan ciri pokok adanya dialog diantara pihak pihak yang berkomunikasi. Sedangkan bentuk komunikasi yang bercirikan monolog adalah komunikasi publik, yang dibedakan atas komunikasi pembicara-pendengar (speker audience communication). Beberapa unsur proses komunikasi yaitu:
a.       Sumber pesan seperti harapan, gagasan, perasaan atau prilaku yang diinginkan oleh pengirim pesan.
b.      Penyandian (encoding), yakni pengubahan atau penerjemahan isi pesan kedalam bentuk yang serasi dengan alat pengiriman pesan.
c.       Transmisi (pengiriman) pesan.
d.       Saluran.
e.       Pembukasandian (decoding) yakni penerjemahan kembali apa yang di terima kedalam isi pesan oleh penerima.
f.       Reaksi internal penerima sesuai pemahaman pesan yang diterimanya.
g.      Gangguan atau hambatan (noise) yang dapat terjadi pada semua unsur dasar lainnya.
Perkembangan komunikasi dengan arus informasi yang makin padat dan akan di percepat di masa depan mencakup keseluruhan unsur-unsur dalam proses komunikasi tersebut.
4.      Penigkatan Layanan Profesional.
            Salah satu ciri penting masyarakat masa depan adalah meningkatnya kebutuhan layanan profesionalisme dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Karena perkembangan iptek yang makin cepat serta perkembangan arus informasi yang semakin padat dan cepat, maka anggota masyarakat masa depan semakin luas wawasan dan pengetahuannya serta daya kritis yang semakin tinggi. Oleh karena itu, manusia masa depan tersebut makin menuntut suatu kualitas hidup yang lebih baik, termsuk berbagai layanan yang dibutuhkannya. Layanan yang diberikan oleh pemangku profesi tertentu, atau layanan profesional, akan semakin penting untuk kebutuhan masyarakat tersebut.
            Status profesional memerlukan persyaratan yang berat, sehingga tidak semua jenis pekerjaan dapat memperolehnya. Sehinga tuntutan mutu layanan profesional tersebut semakin tinggi pula hal itu menuntut suatu kerja sama antar tenaga profesional yang semakin erat. Dengan demikian, kualitas hidup dan kehidupan manusia dalam masyarakat di masa depan akan lebih baik lagi.
B.     Upaya Pendidikan Dalam Mengantisipasi Masa Depan.
Masyarakat masa depan dengan ciri globalisasi, kemajuan iptek, dan kesempatan menerima arus informasi yang padat dan cepat, dan sebagainya, telah memerlukan warga yang mau dan mampu menghadapi segala permasalahan serta siap menyesuaikan diri dengan situasi baru tersebut. Pendidikan berkewajiban mempersiapkan generasi baru yang sanggup menghadapi tantangan zaman baru yang akan datang. Pengembangan pendidikan dalam masyarakat yang sedang berubah dengan cepat haruslah dilakukan secara menyeluruh dengan pendekatan sistematik-sistematik. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya merupakan kunci keberhasilan bangsa dan negara Indonesia dalam abad 21 yang akan datang untuk itu diperlukan:
1.      Tuntutan Bagi Manusia Masa Depan (Manusia Modern)
            Setiap upaya manusia untuk menyesuaikan diri terhadap konstelasi dunia pada masanya (pada masa lampau, kini, akan datang) adalah proses modernisasi sebagai perkiraan masyarakat masa depan. Berdasarkan acuan normatif yang berlaku (UU RI No. 2/1989 beserta peraturan pelaksanaanya) telah ditetapkan rumusan tujuan pendidikan di Indonesia, yang dapat di anggap sebagai profil manusia Indonesia di masa depan, salah satu ketentuan penting dalam perundang-undangan tersebut adalah ketetapan pendidikan dasar sembilan tahun.
            Tuntutan manusia Indonesia di masa depan diarahkan kepada pembekalan kemampuan yang sangat diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan dimasa depan tersebut. Beberapa diantaranya seperti:
1.      Ketanggapan terhadap berbagai masalah sosial, politik, kultural, dan lingkungan.
2.      Kreativitas didalam menemukan alternatif pemecahannya.
3.      Efisiensi dan etos kerja yang tinggi.
2.      Upaya Mengantisipasi Masa Depan.
a.          Perubahan Nilai dan Sikap.
Nilai dan sikap memegang peranan penting dalam menentukan wawasan dan perilaku manusia. Nilai merupakan norma, acuan yang seharusnya, dan atau kaidah yang akan menjadi rujukan perilaku. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari berbagai hal, seperti agama, hukum, adatistiadat, moral, dan sebagainya, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Bagi bangsa Indonesia dengan masyarakat yang majemuk terjadi variasi sistim nilai dan tata kelakuan ( sebagai wujud ideal dari kebudayaan nusantara).
Salah satu pengaruh nilai akan tampak dalam sikap (attitude) seseorang. Kalau
nilai masih bersifat umum, maka sikap selalu terkait dengan objek tertentu dan disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tersebut ( dapat positif ataupun negatif). Sebagai kemampuan internal, kemungkinan berbagai alternatif unuk bertindak. Dalam sikap dapat dibedakan atas tiga aspek, yaitu: aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif.
Perubahan nilai dan sikap dalam rangka mengantisipasi masa depan haruslah diupayakan sedemikian rupa sehingga dapat diwujudkan keseimbangan dan keserasian antara aspek pelestarian dan aspek pembaruan. Nilai-nilai luhur yang mendasari kepribadian dan kebudayaan Indonesia seyogyanya akan tetap dilestarikan, agar terhindar dari krisis identitas.
b.         Pengembangan Kebudayaan.
Salah satu upaya penting dalam mengantisipasi masa depan adalah upaya yang berkaitan dengan pengembangan kebudayaan dalam arti luas, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan sarana kehidupan manusia. Kebudayaan mencakup unsur-unsur
mulai dari sistim religi, kemasyarakatan, pengetahuan, bahasa, kesenian, mata pencaharian, sampai dengan sistim teknologi dan peralatan (Koentjaraningrat,1974:12). Unsur terakhir tersebutlah yang paling mudah berubah dibandingkan dengan unsur lainnya; akan tetapi, perubahan masyarakat Indonesia dari masyarkat pertanian ke masyarakat industri dan masyarakat informasi telah meyebabkan keseluruhan unsur-unsur tersebut akan mengalami pengaruh yang kuat. Oleh karena itu, manusia Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh budaya setempat (sesuai etnis yang ada di nusantara) dan budaya Indonesia (yang berkembang dari puncak budaya –budaya nusantara tersebut), tetapi juga menerima berbagai pengaruh “budaya dunia” (Refleksi, 1990: 3-4). Dalam menghadapi berbagai pengaruh tersebut setiap individu diharapkan dapat menyelaraskannya dengan baik, agar dapat menyesuaikan diri dengan dunia yang selau berubah tersbut dengan berhasil. Saling pengaruh dalam pengembangan kebudayaan di dunia ini, merupakan hal yang lumrah.
c.          Mencakup unsur-unsur mulai dari sistim religi, kemasyarakatan, pengetahuan, bahasa, kesenian, mata pencaharian, sampai dengan sistim teknologi dan peralatan (Koentjaraningrat,1974:12). Unsur terakhir tersebutlah yang paling mudah berubah dibandingkan dengan unsur lainnya; akan tetapi, perubahan masyarakat Indonesia dari masyarkat pertanian ke masyarakat industri dan masyarakat informasi telah meyebabkan keseluruhan unsur-unsur tersebut akan mengalami pengaruh yang kuat. Oleh karena itu, manusia Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh budaya setempat (sesuai etnis yang ada di nusantara) dan budaya Indonesia (yang berkembang dari puncak budaya –budaya nusantara tersebut), tetapi juga menerima berbagai pengaruh “budaya dunia” (Refleksi, 1990: 3-4). Dalam menghadapi berbagai pengaruh tersebut setiap individu diharapkan dapat menyelaraskannya dengan baik, agar dapat menyesuaikan diri dengan dunia yang selau berubah tersebut dengan berhasil. Saling pengaruh dalam pengembangan kebudayaan di dunia ini, merupakan hal lumrah.
d.      Pengembangan Sarana Pendidikan
     Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam mengantisipasi masa depan, karena pendidikan selalu berorientasi pada penyiapan peserta didik untuk berperan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, pengembangan sarana pendidikan sebagai salah satu prasyarat utama untuk menjemput masa depan dengan segala kesempatan dan tantangannya.
Khusus untuk menyongsong era globalisasi yang makin tidak terbendung, terdapat beberapa hal yang secara khusus memerlukan perhatian dalam bidang pendidikan. Santoso S. Hamijoyo (1990:33)mengemukakan lima strategi dasr dalam era globalisasi tersbut yakni:
1.      Pendidikan untuk pengembangan IPTEK, dipilih terutama dalam bidang-bidang yang vital, seperti manufacturing pertanian, sebagai modal utama untuk menghadapi globalisasi.
2.      Pendidikan untuk pengembangan keterampilan manajemen, termasuk bahasa-bahasa asing yang relevan untuk hubungan perdagangan dan politik, sebagai instrument operasional untuk berkiprah dalam globalisasi.
3.       Pendidikan untuk pengelolaan kependudukan, lingkungan, keluarga berencana, dan kesehatan sebagai penangkal terhadap menurunnya kualitas hidup dan hancurnya sistim pendukung kehidupan manusia.
4.      Pendidkan untuk pengembangan sistim nilai, termasuk filsafat, agama dan teologi demi ketahanan sosial-budaya termasuk persatuan dan kesatuan bangsa.
5.      Pendidikan untuk mempertinggi mutu tenaga kepen didikan dan kepelatihan, termasuk pengelola sistem pendidikan formal dan non formal, demi penggalakan peningkatan pemerataan mutu, relevansi, dan efisiensi sumber daya manusia secara keseluruhan.
      Khusus untuk pendidikan tinggi, terdapat kecenderungan berkembangnya pola pemecahan masalah secara multidisiplin. Oleh karena itu, diperlukan suatu program pendidikan yang kuat dalam dasar keahlian yang akan memperluas wawasan keilmuan dan membuka peluang kerjasama dengan bidang keahlian lainnya.



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan selalu merupakan penyiapan peserta didik bagi peranan di masa yang akan datang. Dengan demikian, pendidikan seharusnya selalu mengantisipasi keadaan masyarakat masa depan. Perubahan keadaan masyarakat masa depan yang berlangsung dengan cepat mempunyai beberapa karateristik umum yang dapat dijadikan petunjuk sebagai ciri masyarakat di masa depan yaitu:
1.      Kecenderungan globalisasi yang makin kuat.
2.      Perkembangan iptek yang makin cepat.
3.      Perkembangan arus informasi yang makin padat dan cepat.
4.      Kebutuhan/tuntutan peningkatan layanan profesional dalam berbagai segi kehidupan manusia. Keseluruhan hal itu telah mulai tampak pengaruhnya masa kini, serta diperkirakan akan makin penting peranannya di masa depan. Masyarakat masa depan dengan ciri globalisasi, kemajuan iptek, dan kesempatan menerima arus informasi yang padat dan cepat, dan sebagainya, telah memerlukan warga yang mau dan mampu menghadapi segala permasalahan serta siap menyesuaikan diri dengan situasi baru tersebut. Pendidikan berkewajiban mempersiapkan generasi baru yang sanggup menghadapi tantangan zaman baru yang akan datang. Pengembangan pendidikan dalam masyarakat yang sedang berubah dengan cepat haruslah dilakukan secara menyeluruh dengan pendekatan sistematik-sistematik. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya merupakan kunci keberhasilan bangsa dan negara Indonesia dalam abad 21 yang akan datang untuk itu diperlukan:
1.      Tuntutan bagi manusia masa depan.
2.      Upaya mengantisipasi masa depan, utamanya yang berhubungan dengan perubahan nilai dan sikap sebagai manusia modern, pengembangan kehidupan dan kebudayaan, serta pengembangan sarana pendidikan.


Daftar Pustaka

Prof. Dr. Tirtarahardja U dan Drs. La Sulo S. L., 2005, Pengantar Pendidikan, Jakarta;      Rineka Cipta.

MAKALAH AHLAK TERHADAP LINGKUNGAN


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebagaimana kita ketahui bahwa komponen utama agama islam adalah akidah, syariah dan akhlak . kategorisasi ini didasarkan pada penjelasan Nabi ketika melakukan dialog dengan malaikat Jibril berkenaan dengan pengertian iman, Islam dan Ihsan. Kata yang terakhir kerapkali disejajarkan dengan term akhlak. Terminologi ihsan diambil dari kata ahsana, yuhsinu, ihsanan yang berarti berbuat baik.
Ketika kita merujuk pada kalamullah maka banyak kita temukan perkataan ihsan yang berarti berbuat kebajikan atau kebaikan seperti dalam surat An-Nahl ayat 90
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
Ayat kebajikan lain juga dapat kita lihat dalam surat Arrahman ayat 60
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)”.
Tentunya kebaikan atau kebajikan inilah yang memiliki hubungan yang erat dengan peristilahan akhlak. Perkataan akhlak sendiri memiliki persesuaian dengan kata “kholik” dan “mahluk” atau pencipta dengan yang dicipta.
Dari sinilah asal ilmu akhlak dirumuskan, yang memungkinkan terjadinya hubungan baik antara khalik dengan mahkluk serta antara makhluk dengan makhluk lainnya. Dalam bahasa yang lebih islami kita dapat mengatakan bahwa akhlak adalah sikap kepribadian manusia terhadap Allah, manusia, diri sendiri dan makhluk lainnya, sesuai dengan petunjuk dan tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ini berarti akhlak merujuk pada seluruh tindak tanduk manusia dalam segala aspek baik yang bersifat ubudiyah ataupun muamalah.

Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian ahklak?
2.      Implementasi akhlak dalam kehidupan
3.      Maksud dari akhlak terhadap lingkungan
Tujuan
Makalah ini dibuat selain untuk memenuhi tugas matakuliah budi pekerti juga bertujuan untuk mengetahui:
1.      Pengertian Akhlak
2.      Implementasi Akhlak dalam Kehidupan
3.       Akhlak terhadap lingkungan

Manfaat
Berkenaan dengan manfaat mempelajari ilmu akhlak ini, Ahmad Amin mengatakan sebgaai berikut :
Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya yang menyebabkan kita dapat menetapkan sebagian perbuatan yang lainnya sebagai yang baik dan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang buruk. Bersikap adil termasuk baik, sedangkan berbuat zalim termasuk perbuatan buruk, membayar utang kepada pemilkinya termasuk perbuatan baik, sedangkan mengingkari utang termasuk pebuatan buruk.
Selanjutnya Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlak itu, ialah untuk membersihkan qalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan marahsehingga hati menjadi suci bersih, bagaikan cermin yang dapat menerima NUR cahayaTuhan.
Seseorang yang memmpelajari ilmu ini akan memiliki pengetahuan tentang criteria perbuatan baik dan buruk, dan selanjutnya ia akan banyak mengetahui perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk.
Ilmua akhlak atau akhlak yang mulia juga berguna dalam mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia disegala bidang. Seseorang yang memiliki IPTEK yang majudisertaiakhlak yang mulia, niscayailmupengetahuaan yang Ia miliki itu akan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kebaikan hidup manusia. Sebaliknya, orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memiliki pangkat, harta, kekuasaan, namun tidak disertai dengan akhlak yang mulia, maka semuanya itu akan disalahgunakan yang akibatnya akan menimbulkan bencana dimuka bumi.
Demikian juga dengan mengetahui akhlak yang buruk serta bahaya-bahaya yang akan ditimbulkan darinya, menyebabkan orang enggan untuk melakukannya dan berusaha menjauhinya. Orang yang demikian pada akhirnya akan terhindar dari berbagai perbuatan yang dapat membahyakan dirinya.
Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahwa Ilmu Akhlak bertujuan untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Terhadap perbuatan yang baik ia beruasaha melakukannya, dan terhadap yang buruk ia berusaha untuk menghindarinya.


BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian akhlak
Akhlak menurut bahasa berasal dari bahasa Arab   Ø§Ø®Ù„اق jamak dari kata Ø®ُÙ„ُÙ‚َ yang berarti tingkah laku, perangai atau tabiat. Sementara menurut Wikipedia akhlak secara terminologi diartikan sebagai tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatuperbuatan yang baik[1].
Sementara Ibnu Maskawaih memaknai akhlak sebagai suatu sikap mental (halun lin nafs) yang mendorongnya untuk berbuat tanpa pikir dan pertimbangan.[2] Berkaitan dengan akhlak ini, Ibnu Maskawaih membaginya dalam dua hal yakni yang berasal dari watak (temperamen) dan ada yang berasal dari kebiasaan dan latihan.
Hal yang tidak jauh berbeda juga diberikan oleh Imam Ghazali dalam mengartikan akhlak. Menurutnya, akhlak adalah suatu sikap (hay’ah) yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa perlu kepada pemikiran dan pertimbangan.[3]
Ghazali menyebutkan bahwa jika sikap mental tersebut lahir perbuatan yang baik dan terpuji maka ia disebut sebagai akhlak yang baik. Dan jika yang lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut dengan akhlak yang tercela.
Dalam banyak hal akhlak umumnya disama artikan dengan arti kata budi pekerti, kesusilaan atau sopan santun dalam bahasa Indonesia, atau tidak berbeda pula dengan arti kata ethic (etika). Dimana-mana setiap kesempatan dan situasional orang berbicara tentang etika. Memang etika ini menarik untuk dibicarakan, akan tetapi sulit untuk dipraktekkan. Etika adalah sistem dari prinsip-prinsip moral tentang baik dan buruk. Baik dan buruk terhadap tindakan dan atau perilaku. Ethics dapat berupa sikap yang  berasal dari dalam diri sendiri (hati nurani) yang timbul bukan karena keterpaksaan, akan tetapi didasarkan pada ethos dan esprit, jiwa dan semangat.[4] Ethics dapat juga berupa etiket, yaitu berasal dari luar diri (menyenangkan orang lain), timbul karena rasa keterpaksaan didasarkan pada norma, kaidah dan ketentuan. Etika dapat juga berarti tata susila (kesusilaan) dan tata sopan santun (kesopanan) dalam pergaulan hidup sehari-hari baik dalam keluarga, masyarakat, pemerintahan, berbangsa dan bernegara.
Dalam kelompok tertentu misalnya memiliki kode etik, rule of conduct, misalnya students of conduct, kode etik kedokteran, dan atau kode etik masing-masing sesuai dengan profesinya.
Terlepas dari istilah-istilah tersebut, pentingnya akhlak dalam kehidupan tercermin dalam misi utama kerasulan Nabi Muhammad, bahkan disebutkan bahwa kesempurnaan keimanan seorang Mu’min tergantung dari kebaikan akhlaknya
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Ahmad).
“Seorang Mu’min yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik budi pekertinya (akhlaknya)” HR. Turmudzi
Sebagai seorang Mu’min sudah selayaknya Al-Qur’an menjadi acuan untuk bertindak atau berakhlak. Mengikuti semua perbuatan sebagaimana yang tercantum dalam sunnah Rasul juga merupakan tindakan aplikatif terhadap isi kandungan Al-Qur’an. Sebab dalam sebuah riwayat, Aisyah menyebutkan akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an itu sendiri.
Menjadi tauladan terbaik dalam segala tindakan bagi seluruh umat mendapat legitimasi dari Allah. Bahkan Allah pun tak segan-segan memuji Nabi Muhammad sebagai manusia yang berakhlak paling tinggi.
“ Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS. Al-Qalam. 4 ).
Imam Ibnu Daqiq mensyarahi ayat ini sebagai bukti bahwa akhlak Nabi adalah Al-Qur’an: beliau memerintah sesuai dengan perintah Al-Qur’an, melarang sesuai dengan larangan Al-Qur’an, ridha sesuai keridhaan yang tertulis di Al-Qur’an dan membenci sesuai dengan kebencian yang termaktub dalam kalamullah.[5]
Dalam garis besarnya akhlak pada dasarnya terbagi menjadi dua yakni akhlak kepada Allah (Khalik) dan akhlak kepada makhluk (semua ciptaan Allah). Akhlak terhadap Allah dijelaskan dan dikembangkan oleh ilmu tasawuf dan tarikat-tarikat, sedang akhlak terhadap makhluk dijelaskan oleh ilmu akhlak atau yang dalam bahasa modernnya dikenal dengan ethics.
Lebih lanjut, ilmu akhlak dipandang dari terminologi merupakan ilmu yang menentukan batas baik dan buruk, antara yang terpuji dengan yang tercela tentang perkataan dan perbuatan manusia baik secara lahir dan bathin.
Akhlak kepada makhluk terbagi dalam dua hal yaitu:
1.      Akhlak kepada manusia dan
2.      Akhlak kepada selain manusia
Akhlak terhadap manusia ini juga dapat dijabarkan lagi dalam beberapa hal
a)    Akhlak terhadap diri sendiri
b)   Akhlak terhadap orang lain, misalnya terhadap Rasullulah, orang tua, tetangga, masyarakat dan lain-lain.
Sementara akhlak kepada selain manusia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a)    Akhlak kepada makhluk hidup bukan manusia seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan makhluk ghaib.
b)   Akhlak kepada makhluk mati atau benda mati seperti udara, tanah, air dan sebagainya. Akhlak kepada selain manusia ini lebih dikenal dengan akhlak terhadap lingkungan.

Implementasi Akhlak dalam Kehidupan
Pada keterangan diatas disebutkan bahwa berakhlak terbagi atas berakhlak terhadap Khalik dan Mahluk. Dalil-dalil yang berkaitan dengan hal tersebut banyak dijumpai dalam Al-Qur’an dan hadist Nabi. Tentunnya jika kita sarikan satu-persatu cara berakhlak kita, rasanya tidak akan cukup tertuang dalam makalah sederhana ini.
Akhlak terhadap Allah (Khalik) antara lain adalah:
1.      Al-hubb, yaitu mencintai Allah melebihi dari apa dan siapapun. Kecintaan kepada Allah terimplementasi dalam pelaksanaan perintah dan penjahuan larangan-Nya.
2.      Ar-Raja’, yaitu mengharap karunia dan berusaha meraih keridhaan Allah.
3.      As-Sukr, yaitu mensyukuri atas segala nikmat yang diberikan Allah kepada kita.
4.      Qanaah, yaitu menerima segala yang menjadi takdir Allah namun tetap dibarengi dengan ikhtiar.
5.      Tawakal, yaitu berserah diri terhadap Allah dengan sepenuh hati.
6.      Taubat Nasuha, yaitu berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang telah dilakukan.[8]
Akhlak terhadap Makhluk (manusia)
1. Akhlak terhadap Rasullulah
1.      Mencintai Rasullulah secara tulus dengan mengikuti semua sunnahnya
2.      Menjadikan Rasullulah sebagai suritauladan dan idola dalam semua aspek kehidupan.
3.      Menjalankan semua yang diperintahkan dan menjahui yang dilarangnya
2. Akhlak terhadap Orang Tua
1.      Mencintai mereka melebihi kerabat lainnya
2.      Berbuat baik kepada kedua orang tua dengan mematuhi semua nasehatnya serta tidak menyinggung perasaannya
3.      Selalu menggunakan kata-kata yang lembut ketika berkomunikasi dengan kedua orang tua
4.      Selalu mendoakan untuk keselamatan mereka dan memintakan ampun atas segala kesalahan
3. Akhlak terhadap diri sendiri
1.      Memelihara kesucian diri
2.      Senantiasa berbuat jujur dan ikhlas dalam segala tindakan
3.      Menjahui segala perbuatan dan perkataan sia-sia
4.      Malu untuk berbuat jahat
4. Akhlak terhadap orang lain
1.      Saling membantu dan juga menghormati
2.      Saling memberi dan menghindari permusuhan serta pertengkaran
3.      Mendahulukan kepentingan umum daripada pribadi dan masih banyak hal lain.
5. Akhlak terhadap Lingkungan
1.      Sadar dan memelihara lingkungan hidup
2.      Menjaga dan memanfaatkan alam yang memang diciptakan Allah untuk manusia
3.      Sayang pada sesama makhluk hidup.
4.      Senantiasa menggalakkan kerja bakti sebagai sarana perawatan alam

Akhlak terhadap Lingkungan

Yang dimaksud lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa.
Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.
Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya.
Dalam pandangan akhlak Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya.
Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan, bahkan dengan kata lain, "Setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri."
Binatang, tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptakan oleh Allah SWT dan menjadi milik-Nya, serta semua memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan sang Muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah "umat" Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.
Karena itu dalam Al-Quran surat Al-An'am (6): 38 ditegaskan bahwa binatang melata dan burung-burung pun adalah umat seperti manusia juga, sehingga semuanya --seperti ditulis Al-Qurthubi (W. 671 H) di dalam tafsirnya-- "Tidak boleh diperlakukan secara aniaya."
Jangankan dalam masa damai, dalam saat peperangan pun terdapat petunjuk Al-Quran yang melarang melakukan penganiayaan. Jangankan terhadap manusia dan binatang, bahkan mencabut atau menebang pepohonan pun terlarang, kecuali kalau terpaksa, tetapi itu pun harus seizin Allah, dalam arti harus sejalan dengan tujuan-tujuan penciptaan dan demi kemaslahatan terbesar.
Apa saja yang kamu tebang dari pohon (kurma) atau kamu biarkan tumbuh, berdiri di atas pokoknya, maka itu semua adalah atas izin Allah ... (QS Al-Hasyr [59]: 5).
Bahwa semuanya adalah milik Allah, mengantarkan manusia kepada kesadaran bahwa apa pun yang berada di dalam genggaman tangannya, tidak lain kecuali amanat yang harus dipertanggungjawabkan. "Setiap jengkal tanah yang terhampar di bumi, setiap angin sepoi yang berhembus di udara, dan setiap tetes hujan yang tercurah dari langit akan dimintakan pertanggungjawaban manusia menyangkut pemeliharaan dan pemanfatannya", demikian kandungan penjelasan Nabi saw tentang firman-Nya dalam Al-Quran surat At-Takatsur (102): 8 yang berbunyi, "Kamu sekalian pasti akan diminta untuk mempertanggungjawabkan nikmat (yang kamu peroleh)." Dengan demikian bukan saja dituntut agar tidak alpa dan angkuh terhadap sumber daya yang dimilikinya, melainkan juga dituntut untuk memperhatikan apa yang sebenarnya dikehendaki oleh Pemilik (Tuhan) menyangkut apa yang berada di sekitar manusia.
Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta yang berada di antara keduanya, kecuali dengan (tujuan) yang hak dan pada waktu yang ditentukan (QS Al-Ahqaf [46]: 3).
Pernyataan Tuhan ini mengundang seluruh manusia untuk tidak hanya memikirkan kepentingan diri sendiri, kelompok, atau bangsa, dan jenisnya saja, melainkan juga harus berpikir dan bersikap demi kemaslahatan semua pihak. Ia tidak boleh bersikap sebagai penakluk alam atau berlaku sewenang-wenang terhadapnya. Memang, istilah penaklukan alam tidak dikenal dalam ajaran Islam. Istilah itu muncul dari pandangan mitos Yunani.
Yang menundukkan alam menurut Al-Quran adalah Allah. Manusia tidak sedikit pun mempunyai kemampuan kecuali berkat kemampuan yang dianugerahkan Tuhan kepadanya.
Mahasuci Allah yang menjadikan (binatang) ini mudah bagi kami, sedangkan kami sendiri tidak mempunyai kemampuan untuk itu (QS Az-Zukhruf [43]: 13)
Jika demikian, manusia tidak mencari kemenangan, tetapi keselarasan dengan alam. Keduanya tunduk kepada Allah, sehingga mereka harus dapat bersahabat.
Al-Quran menekankan agar umat Islam meneladani Nabi Muhammad saw yang membawa rahmat untuk seluruh alam (segala sesuatu). Untuk menyebarkan rahmat itu, Nabi Muhammad saw bahkan memberi nama semua yang menjadi milik pribadinya, sekalipun benda-benda itu tak bernyawa. "Nama" memberikan kesan adanya kepribadian, sedangkan kesan itu mengantarkan kepada kesadaran untuk bersahabat dengan pemilik nama.
Nabi Muhammad saw telah mengajarkan : "Bertakwalah kepada Allah dalam perlakuanmu terhadap binatang, kendarailah, dan beri makanlah dengan baik."
Di samping prinsip kekhalifahan yang disebutkan di atas, masih ada lagi prinsip taskhir, yang berarti penundukan. Namun dapat juga berarti "perendahan". Firman Allah yang menggunakan akar kata itu dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 11 adalah
Janganlah ada satu kaum yang merendahkan kaum yang lain. (QS. Al-Hujurat ayat 11)
Dan Dia (Allah) menundukkan untuk kamu; semua yang ada di langit dan di bumi semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya (QS Al-Jatsiyah [45]: 13).
Ini berarti bahwa alam raya telah ditundukkan Allah untuk manusia. Manusia dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Namun pada saat yang sama, manusia tidak boleh tunduk dan merendahkan diri kepada segala sesuatu yang telah direndahkan Allah untuknya, berapa pun harga benda-benda itu. Ia tidak boleh diperbudak oleh benda-benda itu. Manusia dalam hal ini dituntut untuk selalu mengingat-ingat, bahwa ia boleh meraih apa pun asalkan yang diraihnya serta cara meraihnya diridhoi Allah SWT, sesuai dengan kaidah kebenaran dan keadilan.
Akhirnya kita dapat mengakhiri uraian ini dengan menyatakan bahwa keberagamaan seseorang diukur dari akhlaknya. Nabi bersabda : "Agama adalah hubungan interaksi yang baik."
Beliau juga bersabda: "Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (amal) seorang mukmin
pada hari kiamat, melebihi akhlak yang luhur. (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi). 




BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah:
1.      Akhlak mengatur tata cara dan norma-norma tentang hubungan antara sesama manusia dan yang maha pencipta
2.      Akhlak terhadap rasul bagaimana  kita mengikuti cara-cara/sunah yang pernah dilakukan oleh nabi
3.      Akhlak
Saran
Adapun saran-saran dari kami
1.      Diharapkan pada teman-teman agar memberi motivasi dalam penyusunan makalah ini.
2.      Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan agar dalam penyusunan makalah berikutnya dapat lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA
Drs. H. Ambo Asse, M.Ag. 2003. Al-Akhlak al-Karimah Dar al-Hikmah wa al-Ulum.Makassar: Berkah Utami.
Saya, Abied, dari sebuah tempat paling indah di dunia.